Minggu, 03 Oktober 2010

SENANDUNG PEREMPUAN INTELEKTUAL

  • genius world

Minggu, 03 Oktober 2010

SENANDUNG PEREMPUAN INTELEKTUAL

(refleksi pemikiran R A Kartini)
Jika ditanya sosok wonder woman di negeri ini, maka nama yang satu ini pasti menjadi yang pertama di deretan para wonder woman lainnya, Siapa yang tak kenal dengan sosok Kartini, ,? Wanita kelahiran Mayong kebupaten Jepara, 28 Rabiulakhir tahun jawa 1808 atau yang lebih dikenal dengan tahun masehinya pada 21 april 1879. Terlahir dari keluarga berdarah biru keluaraga bangsawan Tjondronegoro, mereka adalah keluarga bangsa jawa yang memiliki pemikiran lebih maju dari keluarga bangsawan jawa lainnya, keluarga Tjondronegoro sadar betul pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, sehingga Kartini bisa mengenyam dunia pendidikan yang pada umumnya masih tabuh bagi masyarakat jawa.
Pentingnya pendidikan bagi masyarakat jawa pada umumnya diwaktu itu tidak begitu dihiraukan, karena orang yang bersekolah pada saat itu hanyalah mereka yang berasal dari keluarga priyai, sehingga berbanding lurus dengan kemajuan pimikirannyapun masih sangat rendah, dalam hal ini Kartini sebagai pembuka jalan bagi kaum perempuan pada khususnya dan masyarakat jawa pada umumnya, namun teramat disayangkan ketika usianya mencapai dua belas tahun, adat istiadat telah menghalanginya untuk melanjutkan studi, ini berkenaan dengan adat istiadatnya dipingit (anak gadis tak boleh keluar rumah).
Dengan kejadian ini membuat Kartini merasa sedih namun dia tak bisa berbuat apa-apa, seringkali dia berpikir dunia ini tak adil dengan diri dan kaumnya, perempuan tak diberi kebebasan seperti halnya laki-laki, Perempuan akan tetep terkurung dalam rumah sampai akhirnya dia dikawinkan dengan lelaki pilihan orang tuanya, sungguh hal ini menyayat hati Kartini, dia cinta akan ilmu pengetahuan dia haus akan ilmu, namun apa daya dia hanya bisa dirundung cita-cita dihambat kasih sayangnya kepada orang tuanya yang sudah membesarkan dan mengasuhnya sedari kecil, dia hanya bisa menangis, menangis, dan terus menangis.
Dalam biliknya Kartini sering membaca berbagai buku dan menuliskan surat buat teman-temannya, dengan surat itu dia mencurahkan segala perasannya, cita-citanya, sering diberkirim-kirim surat dengan sahabatnya berdarah belanda seperti Nona Estllee Zeehandelaar, Nyonya M.C.E Ovink-soer, Tuan E.C Abendanon, Tuan H.H Van Kol dan sahabat-sahabat lainnya, sehingga dari surat-suratnya itu sosok Kartini menjadi tersohor di negeri ini. Kartini memang tak berjuang berjuang dengan cara keras melawan kehendak tradisinya, namun perjuangannya dicurahkan melalui unjung penanya.
R A Kartini menghendaki kemajuan bangsanya dengan mempelajari peradaban barat yang sudah maju terlebih dahulu, merombak adat istiadatnya yang membedakan laki-laki dan perempuan, Kartini menuntut kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, sebagaiman yang telah terjadi dinegeri Eropa dimana kebebasan dalam menuntut ilmu tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Seperti tertulis dalam suratnya yang dialamatkan kepada Nona Zeehandelaar tertanggal 25 Mei 1899 “dan adat kebiasaan negeri kami sungguh-sungguh bertentangan dengan zaman baru. zaman baru yang saya inginkan masuk ke dalam masyarakat kami”. Raden Ayu Kartini berpendidikan Barat sehingga dia tahu dan sadar betul akan kemajuan luar biasa di luar sana dibanding negerinya, dengan pengetahuan itu menjadikan Kartini untuk merintis jalan perubahan bagi kaum dan bangsanya.
Perempuan jawa pada waktu itu tak memiliki hak yang semestinya dan yang ada padanya hanyalah kewajiban nerimo apa yang telah ditentukan oleh adat istiadatnya, bahkan dalam urusan jodohpun harus ditentukan oleh keluarganya, kartini merasah resah dengan hal itu. Ditambah lagi perilaku poligami yang terjadi pada saat itu, meskipun agama memperbolehkan seorang leleki menikahi empat oarang wanita dan Kartini tidak setuju dengan hal demikain bagi dia tindakan itu merupakan dosa, seperti yang tertulis pada suratnya untuk Nona Zeehandelar tertanggal 6 Noveber 1899 “. . . .hukum islam mengizinkan laki-laki menaruh empat orang perempuan. Meskipun seribu kali orang mengatakan, beristri empat itu bukan dosa menurut hukum islam, tetapi aku, tetap selama-lamanya aku mengatakan itu dosa. Segala perbuatan yang menyakitkan sesamanya, dosalah pada mataku. Betapakah azab sengsarah seorang perempuan, bila lakinya pulang kerumah membawa perempuan lain dan perempuan itu harus diakui perempuan lakinya yang sah, harus diterimanya jadi saingannya?. . .”. meski pada akhirnya dia harus nerimo dinikah dengan seorang lelaki yang sudah punya anak, sebagaimana yang telah ditentukan keluaraganya.
Raden Ayu Kartini telah berpikir moderen jauh berbeda dari perempuan pada umumnya, sebenarnya yang dikehendaki Kartini adalah mengubah kedudukan perempuan. Hendaknya perempuan memangku jabatan dari selain menjadi seorang istri, karena itu maka perempuan harus mendapat pengajaran supaya bisa memperoleh pekerjaan diluar rumah, lain dari pada maksud itu, supaya terbuka matanya melihat kemajuan ilmu pengetahuan diluar sana, singkatnya perempuan harus diberi kebebasan untuk bersekolah setinggi-tingginya seperti halnya kaum laki-laki.

Meskipun Kartini hanyalah seorang pengangan-angan yang pasrah nerimo ketentuan adat istiadatnya, namun patut diakui intelektualitasnya sebagai seorang perempuan di masanya patut diajukan jempol, karena Kartini menjadi seorang pemikir yang meletakan dasar-dasar kesetaran gender dinegeri ini. Melalui unjung penanya dia mengukir gagasan dan pemikirannya, jika kita membaca surat yang di buat oleh R A Kartini untuk sahabat-sahabatnya maka rasa kagum akan keindahan bahasa yang digunakannya itu benar-banar elok dan kaya akan bahasa sastra bak roman-roman yang menawan dan menggugah hati.
Beliau bercita-cita hendak membuka sekolah khusus untuk perempuan yang memberikan pengajaran, pemahaman, serta pencerahan bagi kaum perempuan, namun teramat disayagkan cita-cita itu tak kesampain karena beliau keburu wafat pada 17 September 1904 tiga hari setelah anak lelakinya dilahirkan.
 Akan tetapi cita-cita dan perjuangannya itu akhirnya menuai hasil pula, pada tahun 1911 untuk pertamaklinya Mr Abendanon mengumumkan surat-surat kartini dengan membukukannya, buku itu disambut dengan gembira sehingga beberapa kali mengalami cetak ulang dan pada akhir tahun 1913 mereka mendirikan sekolah khusus anak gadis Bumiputra(indonesia) sebagaimana yang dicita-citakan Kartini, dan dibentuk perhimpunan “kartinifonds” untuk mengelolah sekolah tersebut.
Daripada mati itu akan tumbuh kehidupan baru. Kehidupan baru itu tiada dapat ditahan-tahan, dan meskipun sekarang dapat juga ditahan-tahan, besoknya akan tumbuh juga dia, dan hidup makin lama makin teguh.
(dikutip dari surat kartini yang tiada diumumkan)
HABIS GELAP TERBITLAH TERANG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar